10 Fakta Film Maleficent - Melalui Film Maleficent 2014,
Angelina Jolie berhasil menghidupkan kembali salah satu karakter
penjahat Disney yang paling terkenal dalam bentuk live action. Dengan
debut di angka 69 juta dolar Amerika Serikat, Film Maleficent yang
tadinya dinilai sebagai proyek beresiko kini justru dilihat berpotensi
untuk mengikuti jejak film-film fantasi laris lain seperti Alice in
Wonderland 2010 atau Oz the Great and Powerful 2013 yang masing-masing
berada di kisaran bujet yang sama.
Meski dinilai lemah dari segi naskah, aspek visual dari Film Maleficent merupakan salah satu alasan utama kenapa film ini dilirik oleh banyak penonton. Film Maleficent memang
disutradarai oleh Robert Stromberg, desainer produksi yang sudah pernah
menang piala Academy Awards dua kali, serta terlibat di balik VFX dari
film-film seperti Avatar (2009), Life of Pi (2012), dan Pirates of the
Caribbean: At World’s End”\ (2007).
Ingin tahu bagaimana Stromberg dan timnya menciptakan dunia dongeng yang fantastis dalam film debutnya ini? Berikut adalah 10 Fakta Film Maleficent.
1. James Haven
Para pembuat Film Maleficent sudah
lama mempertimbangkan bahwa Angelina Jolie merupakan aktris yang paling
pas untuk memerankan sang peri jahat. Tetapi, menurut Angie, orang
pertama yang menyadari hal ini ternyata adalah saudara laki-lakinya
sendiri, James Haven.
2. Syuting Ulang
Ketika masa produksinya berlangsung, ada gosip bahwa Film Maleficent mengalami
masalah ketika John Lee Hancock didatangkan ke lokasi oleh Disney untuk
syuting ulang filmnya. Masalah berkembang menjadi besar ketika banyak
yang berspekulasi bahwa kekacauan ini disebabkan karena proyek semahal
ini dipercayakan pada seorang sutradara debutan.
Tetapi, Stromberg menyanggah bahwa urusan syuting ulang, Jadi
kami syuting berdasarkan naskahnya, dan kami berpikir bahwa babak
pertamanya terlalu panjang. Dan kami ingin langsung masuk ke inti cerita
dan kami ingin memperkenalkan karakter Angelina lebih cepat.
Jadi,
ini seperti dibesar-besarkan. Tetapi, yang sebenarnya terjadi adalah
kami menghilangkan 15 menit dari babak pertamanya dan kemudian semuanya
itu harus kembali disusun bersama-sama. Ia ( Hancock ) datang dan
membantu menyambungkan naskah ini menjadi satu, kata Stromberg pada
Screen Crush.
Singkatnya,
ini hanya untuk merevisi naskahnya atau babak pertamanya karena kita
ingin durasi filmnya berada di bawah dua jam. ini hanyalah untuk
merapikan ceritanya karena kami akhirnya mengeliminasi 15 menit dari
filmnya. Ironisnya, syuting ulang ini tidak melibatkan para pemeran
utama sedikitpun. Ini hanyalah penyesuaian kecil.
3. Hudson River School
Dalam Film Maleficent ada
dua lokasi yang punya desain sangat berbeda. Kerajaan yang dipimpin
oleh Raja Stefan tentu saja punya tampilan seperti banyak film lain yang
menampilkan kastil megah. Tetapi, area hutan yang ditempati oleh banyak
makhluk magis dan para peri merupakan sesuatu yang secara visual tidak
punya banyak referensi.
Karena
itulah, Robert Stromberg mencari bahan-bahan rujukan untuk menciptakan
lanskap kerajaan hutan dengan melihat-lihat lukisan yang dapat dijadikan
titik acuan. Pilihannya jatuh pada lukisan yang dibuat oleh para
seniman dari Hudson River School.
Saya
selalu senang untuk melihat banyak materi referensi mengenai sebuah
subyek. Dalam hal ini, saya mengamati banyak lukisan klasik, terutama
yang dibuat oleh seniman dari abad ke-17 dan 18. Salah satu pengaruh
terbesarnya adalah seniman dari Hudson River School yang melukis
pemandangan, tetapi juga menambah-nambahkan detailnya sedikit, kata
Stromberg dalam catatan produksi filmnya.
Jadi
ini menarik buat saya untuk menciptakan tampilan klasik yang sebagian
besar berdasar pada sesuatu yang nyata, dan melihat sampai sejauh mana
kami dapat mendorong hal itu. Hasilnya ternyata jadi sesuatu yang cukup
elegan dan cantik, dan di saat yang bersamaan tidak pernah kehilangan
rasa bahwa ada unsur fantasi di dalamnya.
4. Vivienne
Banyak
penonton yang mungkin sudah tahu bahwa pemeran Aurora cilik ternyata
adalah putri dari Angelina Jolie dan Brad Pitt yang bernama Vivienne.
Meski pernah mengatakan bahwa pasangan ini tidak ingin anaknya terjun ke
dunia hiburan sejak kecil, kehadiran Vivi tentu mengundang tanda tanya.
Ternyata, latar belakang keterlibatan Vivi dalam Film Maleficent punya alasan sederhana.
Brad
pitt dan anggie tidak pernah punya niat untuk mengubah anak-anaknya
menjadi aktor. Ketika saya ada di set, penampilan saya secara fisik
cukup menakutkan untuk anak-anak, dan ketika anak-anak kecil mengunjungi
saya di set dan melihat saya secara langsung, mereka kemudian
menangis,” kata Angie pada Hollywood Reporter.
Kami
sadar bahwa sangat berat untuk seorang aktor ataupun aktris kecil untuk
memerankan adegan tersebut, di mana ia ( Aurora ) harus terlihat
benar-benar menyukai saya. Tapi Vivienne tentu saja tidak melihat
seorang monster, ia hanya melihat ibunya, dan kebetulan ia mirip Aurora.
Ia adalah satu-satunya anak yang bisa melakukan ini, dan sangat
menyenangkan bagi saya untuk bekerja dengannya.
5. Tulang Pipi Angie
Rick Baker, penata makeup efek spesial legendaris, yang dipercayakan untuk menangani tampilan wajah karakter Film Maleficent sebenarnya
tak ingin melakukan banyak perubahan pada struktur wajah Angelina
Jolie. Tetapi, dengan masukan dari Angie sendiri, Baker akhirnya memberi
sedikit aplikasi prostetik untuk menajamkan kesan dari wajah sang peri.
Angelina ingin menggunakan perlengkapan untuk mendapatkan tampilan dari Film Maleficent, jadi
saya membuat beberapa desain dengan perangkat yang sangat halus. Ia
juga menginginkan modifikasi hidung, yang memang saya pikir akan
memberinya tampilan yang lebih mirip dengan Maleficent.
Kami
akhirnya memilih beberapa set untuk pipi dan telinga dan tanduk di
awal-awalnya. Pertamanya, kami membuat sketsanya dulu, kemudian kami
akhirnya memahatnya dari cetakan yang kami bentuk berdasarkan kepalanya (
Angie ), dan kemudian membuat beberapa contoh untuk dinilainya, kata
Baker.
Aplikasi
prostetik yang terbuat dari silikon berisi gel ini telah disesuaikan
dengan kontur wajah Angelina Jolie dan ukurannya sebenarnya sangat
kecil, meski efeknya sangat signifikan. Setiap pagi sebelum mulai
syuting, Angie harus duduk di kursi makeup dengan sabar selama dua
setengah sampai empat jam sebelum riasan wajah, rambut, dan tanduknya
akhirnya selesai.
6. Penutup Kepala
Kalau di awal Film Maleficent masih
mengurai rambutnya dan memperlihatkan tanduknya tanpa ditutupi apa-apa,
seperti di film animasinya, saat sudah berubah menjadi jahat, ia
menutupi rambut dan tanduknya dengan bahan berwarna hitam.
Dalam
filmnya, ternyata sang desainer topi, Justin Smith, membuat enam desain
yang berbeda untuk penutup kepala Maleficent. Selain menggunakan
bahan-bahan biasa seperti kulit dan kain, Smith juga menggunakan bahan
lain seperti kulit ikan, sampai kulit ular piton.
7. Sayap CGI
Walaupun
sayap Maleficent terlihat seakan-akan terbuat dari bahan asli di
beberapa adegan, sebenarnya sepanjang film, sayap sang peri seluruhnya
dibuat dengan CGI tanpa efek praktis. Maleficent adalah seorang peri
bersayap, dan karena ia punya sayap, ia mampu untuk terbang dan sayapnya
hampir jadi semacam karakter sendiri.
Sayapnya
punya pemikiran dan nyawanya sendiri. Mereka ini selalu harus punya
pergerakan, dan karena itulah sejak awal kami memutuskan untuk membuat
sayapnya sepenuhnya di komputer. Ini adalah salah satu hal yang bila
secara teknis kami tak mampu membuat tampilan yang pas, Anda tidak akan
bisa mempercayai bahwa karakternya benar-benar ada sejak pertama kali
melihatnya.
Jadi
kuncinya bagi kami adalah untuk membuat visualisasi sayapnya terlihat
semulus mungkin, kata sang VFX supervisor, Carey Villegas, dalam
catatannya.
Meski
tidak mengandalkan efek praktis, Villegas mendapat sumber referensi
dari desainer prostetik, David White, yang membuat sepasang sayap
Maleficent dalam ukuran aslinya. Sayap ini kemudian digunakan untuk
mempelajari tekstur dan efeknya ketika disinari cahaya. Kapanpun kami
dapat membuat sesuatu dengan tangan, meski kami tidak harus
menampilkannya dalam film, ini dapat membuat versi CGI dari obyek
tersebut terlihat lebih nyata dan detail, tambah Villegas.
8. Gaun Sang Putri
Dalam
Sleeping Beauty (1959), Marc Davis memberi Aurora tampilan feminin
dengan siluet berbentuk jam pasir, dan gaun yang terbuka di bagian
bahunya. Tetapi, dalam Film Maleficent, sang desainer kostum, Anna B. Sheppard memutuskan untuk memberi Aurora penampilan yang lebih membumi dan sederhana.
Saya
benar-benar menjauhkan diri dari penampilan ( animasi Aurora )
sepenuhnya. Saya ingin sesuatu yang girly dan murni, dan juga lebih
dekat ke alam, kata Sheppard pada Vanity Fair.
Bila
dibandingkan dengan Maleficent, kostum Aurora yang sederhana dan cerah
dengan gaya bohemian tentu sangat kontras. Tetapi, melalui satu kostum,
Sheppard mencoba untuk mempertemukan dua gaya karakter ini dalam siluet
yang sama.
Saat
Aurora remaja pertama kali bertemu dengan Maleficent, ia mengenakan
jubah bertudung yang bentuknya hampir sama persis dengan baju yang
dikenakan Maleficent di malam saat sayapnya direnggut. Sheppard
menyamakan siluet kostum mereka karena ingin membuat Maleficent teringat
sejenak akan dirinya yang dulu masih muda dan polos saat ia bertemu
dengan sang putri.
9. Nama Tiga Peri
Dalam film Sleeping Beauty (1959), tiga peri yang merawat Aurora bernama Flora, Fauna, dan Merryweather. Sementara itu, dalam Film Maleficent, ketiganya punya nama Knotgrass, Flittle, dan Thistletwit. Kenapa sang penulis naskah, Linda Woolverton, mengganti nama mereka?
Jadi,
ketika saya sedang membuat karakter-karakternya, semua dibuat
berdasarkan turunan dari karakter yang sudah ada, kata Woolverton dalam
wawancaranya dengan Crave Online. Semua peri atau apapun itu memiliki
fungsi dan punya salah satu aspek spesifik dari alam yang mereka
lindungi, jadi semuanya punya tugas masing-masing.
Ketiga
peri ini ditugaskan untuk menjaga bunga, jadi saya harus memberi mereka
nama yang sesuai dengan bunga. Lagipula, kami tidak membuat karakter
yang sama. Saya tidak merasa nyaman menulis karakter mereka dengan cara
yang berbeda dan kemudian memberinya nama yang sama. Jadi saya memberi
mereka nama-nama yang berbeda.
10. Set Asli
Belajar
dari pengalamannya membuat film Avatar, Alice in Wonderland, dan Oz the
Great and Powerful, Robert Stromberg akhirnya menemukan kombinasi pas
dari penggunaan green screen, motion capture, dan set asli. Tidak
seperti film-film sebelumnya, Stromberg berusaha untuk sebisa mungkin
menggunakan set yang dibangun sepenuhnya bila dibutuhkan.
Bila
set kastil memang jelas sudah dibangun sepenuhnya, bagaimana dengan
kerajaan peri? Set ini ternyata betul-betul dibangun di halaman belakang
studio Pinewood. Selain membuat bukit-bukit dan padang rumput yang
rimbun, timnya juga membuat air terjun serta sungai beserta jalur air,
dan juga dataran tempat Maleficent membangun tahtanya. Tapi, tak hanya
itu saja yang mereka buat.
Kami
menciptakan, di stage, versi lain dari dunia dongeng kami yang bisa
dinyalakan sebagai adegan malam hari. Semuanya harus dibangun. Tentu
saja untuk tanaman-tanaman kecil, kami menggunakan bunga-bunga dan
semak-semak untuk dijadikan patokan skalanya.
Tetapi
pohon-pohonnya dibuat berdasarkan pohon-pohon ek kuno dari riset kami
yang berusia 800-an tahun. Kami ingin memberi set ini tampilan ala
Arthur Rackham. Ada sensasi lekukan dan pergerakan, tetapi ketika Anda
melihatnya Anda akan berpikir bahwa itu adalah pohon asli, meski
sebenarnya pohonnya dibuat dari plester dan busa, kata desainer produksi
filmnya, Gary Freeman.